Seperti menolong Org Buta.

(berbincang dengan albert camus)

Menolong org buta menyebrang, bukan semata mata utk org buta, tapi justru utk org2 yg tdk buta disekitarnya, kesadaran yg terbentuk atas ingin menguasai penilaian org lain, penghormatan besar atas pengakuan diri, pun semua seniman ingin jga diakui seperti itu. bedanya yg satu brngkat dari mental merosot (butuh simbol, lalu mencela karena percaya manusia – dan meniadakan manusia kemudian meng ada kan yg lain,sama saja) , dan yg satu hanyalah “sebab” dari sikap gejolak aktualisasi diri yg berani mengambil resiko dan bukan perenggek sakit.

Seperti jga gadis gadis kontemporer produk modernitas yg jg tercampur sejenis penguat rasa moralitas, yg mengaktualisasikan perasaan cinta akan tubuhnya, dan mncari objek pemujanya dan terjaring dlm perangkap metafisis “aku jatuh”, dan harus membayar mahal krna romantismemu itu, bukan krena kita menghilangkan diri kita di hadapan altar “hidup suci untukmu”, itu cuma bahasa yg menyimpan rapat kehendak “insting hewanimu”, tapi dgn begitu tubuhku semakin utuh menjadi bagian kehendak yg lebih besar dari diriku yaitu budaya. tubuhku mau aku bawa kemana kecuali patuh. lalu aku mencela jga akhirnya “kenapa aku memilih patuh”. refleksi sakit dari tubuh yg tak teraktualisasi dngn baik, bersyukur saja lah dilorong lorong gua penuh lumut “idea baik” mu itu.

Tinggalkan komentar